Aku melihat ke kalender
hijau yang menempel di dinding kamarku. Ada sebuah tanda lingkaran menggunakan
spidol merah di tanggal 23 Oktober.
Hhh... aku menghela nafas. Sudah seminggu, aku lepas kontak dengannya. Sosok
hitam manis tinggi menjulang itu, dengan semua perhatian dan canda tawanya. Tak
lagi menemani hari-hariku. Karena kejadian itu, semua berubah.
Aku tak mau terlalu
menghibur kesedihanku dengan tetap mengira bahwa dia akan tetap jadi milikku.
Aku gak mau bersikap egois, dia juga berhak menentukan hidupnya sendiri. Aku
gak bisa terus-menerus mengekangnya dengan semua ucapannya terhadapku. Dan saat
ini kemungkinan dia juga sudah memikirkan semua itu, dia pasti melupakannya.
Beginikah yang namanya
cinta sejati? Sulit untuk melupakannya. Tapi tak mau juga menyusahkannya.
“Aku kangen sama kamu”
ucapku perlahan sambil memegang liontin berinisial namaku yang dulu dia belikan
untukku
Aku merasa tembok
kamarku menghimpit dadaku, karena ini sungguh menyesakkan untuk dirasakan. Aku
memejamkan mata sejenak sampai akhirnya merasakan sesuatu yang mengalir perlahan di pipiku. Aku tak
sanggup untuk melewati semua ini. Sendiri...
***
Aku melewati jalan ini.
Dan di sana, tempat biasa dia berkumpul dengan teman-temannya. Sekedar
mengobrol atau bermain bola karena dekat dengan lapangan sepakbola sebuah SMP
negeri di dekat desanya. Aku menarik nafas. Berharap tak melihat sosok itu.
Tapi ternyata, aku
melihat motornya terparkir rapi disana. Kosong... tak ada orang. Berati dia
bermain sepakbola. Awalnya aku tidak punya niat untuk menengok, tapi saat sudah
dekat dari situ aku spontan menoleh ke arah lapangan itu dan secara tidak sengaja
berpapasan dengan sosoknya yang juga sempurna melihat ke arahku. 5 detik
bertatap dari kejauhan sampai akhirnya aku putuskan untuk melihat ke depan lagi
dan langsung memacu motorku dengan kecepatan bertambah.
***
Malamnya aku online
untuk sekedar melihat status-status teman-temanku yang sedang galau, senang
atau alay. Dia menginboxku.
Sorry
ya
Td gk
jdi nonton
Hah... aku baru ingat.
Hari ini aku ada janji dengannya untuk menonton film yang baru pernah aku baca
novelnya.
Gak
papa kok.. ak jga udah gk terlalu pengen
Jawabku. Cukup
menyakinkan
Sory ya
Aq tadi
cpk bnget
Capek ya? Habis pergi
dengan adek-adek kesayangan. Huh.. aku ngriri. Belum pernah kamu seperti itu
sama aku.
Iya gk
papa.
Untuk
sekarang ak cuman kangen... banget sama kamu
Aku mengeluarkan isi
hatiku
Aq jg
kngen
Sesingkat itukah?
Sepertinya dia sedang tidak ada di situ. Pikirannya sedang memikirkan sesuatu.
Aku menutuskan untuk offline. Meninggalkannya yang entah sedang melakukan apa.
***
“Evening sayang”, ucapku
sambil tersenyum di depannya
Malam ini aku bertemu
dengannya. Walaupun sepertinya hanya 5 menit, tapi itu dapat mengobati rasa
kangenku kepadanya.
Dia hanya membalas
senyumku lalu mengusap lembut pundaku. Dan menatapku dalam.
“Aku harap kita berdua tetap berusaha untuk mewujudkan
masa depan yang pernah kita rencanakan dan tetaplah tegar untuk menghadapi
semuanya”, ucapnya
Aku mengangguk mantap
sambil menjawab “Aku usahain”
Cup... dia mengecup
lembut keningku.
Huft.. aku menghela
nafas lalu menatapnya. Ingin rasanya aku memeluknya, tapi itu akan malah
membuat aku mudah merasa kangen dengannya. Aku putuskan tidak jadi memeluknya
dan berpamitan pulang karena aku harus mengerjakan tugas yang belum aku
selesaikan. Dia mengantarku sampai depan rumah lalu pergi.
***
Saat ditengah-tengah aku
menyelesaikan pekerjaanku aku memikirkan penyebab renggangnya kontak di antara
hubunganku dan dia. Itu semua karena ayahku yang sekarang jadi super protektif
kepadaku. Dia menginginkan aku untuk fokus ke sekolah dan nanti mengambil
keperawatan untuk selanjutnya. Dia melarangku untuk memikirkan masalah pacaran
atau apalah yang berhubungan dengan itu. Sebenarnya maksud ayahku baik, supaya
masa depanku dapat terjamin. Tapi di sisi lain, aku sangat menyayangi pacarku
sekarang. Dan karena itu aku terpaksa backstreet dengannya. Aku pun jadi
merasa bersalah karena aku yakin dia pasti bisa mendapatkan yang lebih baik
daripada aku dan yang tidak harus seperti ini. Tapi aku belum bisa kehilangan
dia, aku belum rela. Tapi mungkin kalau aku sedikit memberi kebebasan kepadanya
mungkin semua bisa sedikit berubah.
Ak
skarang pngen km gk trlalu mikir kta*mu k ak. Jlani hdupmu sesuai pilihanmu. Ak
gk brniat untuk prgi. Cman gak mau
egois.
Isi sms yang aku
kirimkan kepadanya.
Emng
knapa...
Balasan dari dia. Aku
rasa aku sudah tidak kuat untuk melanjutkannya dan aku yakin dia bisa mengerti
maksudku. Aku tidak membalas apapun kecuali menelungkupan mukaku yang sudah
basah dengan air mata di atas bantal. Aku menangis, menahan sesak di dada dan
hatiku yang tak tahu harus berbuat apa.
***
THE END ***