Post Icon

TRUE LOVE #4

Aku membuka mata, mengelap keringat di kening dan leherku. Malam ini terasa sangat panas dan aku tak dapat memejamkan mataku secara sempurna. Aku selalu terganggu oleh bayang-bayang yang tak jelas. Badanku terasa sangat pegal, rasanya seharian ini aku banyak beraktivitas. Malamnya malah tidak bisa tidur seperti ini, rasanya badanku mau copot satu-satu. Huft... aku menghela nafas. Membenarkan selimut dan mulai terpejam.
***
Tiba-tiba jam wekerku sudah berbunyi. Sial.. runtukku dalam hati. Aku belum dapat tidur sama sekali. Saat aku melihat jadwal pelajaran hari ini.
“Huh... sial. Hari ini ketat semua. Gak bakal bisa tidur aku”, keluhku sambil memasukan buku-buku pelajaran ke dalam tasku lalu bergegas mandi.
***
Sesampainya di sekolah. Aku bertemu dia, sosok hitam manis tinggi yang semalaman membayangiku sampai aku tak bisa memejamkan mataku sampai pagi menjelang.
“Pagi..”, ucapnya sambil tersenyum
“Pagi juga”, aku tercengang. Kenapa suaraku jadi serak. Apa ini juga efek semalaam selain badanku yang bertambah pegal dan raut muka lesuku.
“Kamu sakit ya? kok suaramu mau hilang?”, tanyanya mendekat
Huft.. aku benci dia mendekat. Saat ini aku tidak mau bertatap mata dengannya. Aku memalingkan wajah lalu berjalan pergi meninggalkannya yang sudah hampir sampai di dekatku.
“Mau kemana? Kok malah pergi”, ucapnya
Aku berhenti sejenak. Lalu membalik badan
“Aku ada pr yang belum aku kerjain. Maaf ya”, sedikit berbohong sih.
Aku langsung pergi sebelum dia tahu kalau aku berbohong. Huh... dia memang selalu tahu kalo aku berbohong.
***
Saat istirahat aku mencoba memejamkan mata di bangkuku dengan posisi menelungkupkan wajahku ke dalam lipatan tanganku. Dan saat itu aku mendengar langkah mendekat tapi aku enggan untuk melihatnya. Mungkin teman sekelasku.
“Aku tahu kamu kenapa”, ucap orang itu
Deg... jantungku serasa berhenti. Kenepa bisa dia yang kesini. Aku tetap di posisiku.
“Jangan terlalu mengkhawatirkan aku.. aku baik-baik aja kok. meski kita harus kayak gini”, sambungnya. Dan sekarang aku merasakan dia sudah duduk di sampingku
Aku cuek pura-pura tidak mendengar walaupun perkataannya tadi hampir membuat aku menangis yang sebenarnya sudah sedari tadi aku tahan.
Tanpa aku bisa cegah, dia tiba-tiba menarik badanku untuk bangun dan langsung dia benamkan di dadanya. Dia memelukku...
Aku menangis di pelukannya, air mataku tak dapat di bendung lagi. Dalam hati aku berkata. Ya Allah, haruskah semua ini terjadi, aku tak dapat hidup tanpanya.
Saat tahu aku bertambah menangis dia semakin mengeratkan pelukannya.
“Aku yakin suatu saat kita pasti bisa bersama lagi. Untuk masa depan yang kita berdua harapkan”, bisiknya di telingaku sambil mengelus lembut punggungku
Aku memeluknya erat. Mengangguk pelan di pelukannya, sambil masih dengan tangisan.
Dia menarik kepalaku keluar dari dadanya. Menatapku dalam, aku hanya bisa meneteskan air mata sambil membalas tatapannya.
Cupp... sebuah kecupan mendarat mulus dikeningku. Aku memejamkan mata. Dan dia pergi, meninggalkanku sendiri di dalam kelas.
***
Kemarin adalah hari terakhirku menginjakan kaki di sekolahku. Ya... aku akan pindah hari ini. Jauh beberapa kilometer dari kota ini dan tentunya dari dia. Maka dari itu ini semua terasa berat untuk aku terima, tetapi apa boleh buat. Aku harus mengikuti ayahku yang bekerja sebagai tentara angkatan darat. Huh... ini semua terasa tidak adil untukku. Aku harus berkali-kali pindah sekolah karena hal ini. Orang tuaku belum mengijinkan aku tinggal sendirian.
Aku menarik koper besarku dan sebuah tas gendong tersampir di pundakku serta di bahuku tergantung tas berwarna hijau yang berisi dompet, ponsel, dan alat-alat pribadiku. Belum ada kabar tentang dia. Dia juga sepertinya tidak dapat mengantarkan aku sampai bandara. Terpaksa aku berangkat sendiri karena kedua orangtuaku sudah berangkat menggunakan penerbangan tadi malam. Aku memutuskan untuk ikut penerbangan pagi karena awalnya aku ingin dia bisa mengantarku. Tapi sampai sekarang dia malah tak memberi kabar sedikitpun kepadaku, sejak tadi malam.
***
Aku melangkah mesuk ke dalam bandara sampai akhirnya kau berhenti karena mendengar suaranya memanggilku. Aku yang semula hanya merasa berhalusinasi tak menghiraukannya. Tapi suara itu memanggilku lagi. Aku spontan membalikkan badan dan melihat dia sudah ada di belakangku. Bersiap memelukku.
Aku menahan pundaknya dengan tanganku. Aku menolak pelukannya.
“Kenapa?’ Dia terkejut mengetahui aku menolak pelukannya
“Dasar bodoh... kalau kamu peluk aku. Aku bakal gak mau pergi dari sini. Sedangkan aku emang harus pergi” Aku tersenyum tipis
Dia mengangguk paham.
“Yaudah kalau gitu” Dia memundurkan langkahnya
Aku merasa bersalah. Harusnya aku tidak seperti ini. Lihatlah dia  kelihatan sangat kecewa. Aku memutar otak agar suasana menjadi nyaman lagi. Suara audio petugas bandara sudah mengingatkanku agar segera menuju ke armada penerbangan karena 5menit lagi pesawat akan berangkat.
Aku semakin bingung akan melakukan apa. Akhirnya aku mendekat di depan dia, agak berjinjit dan mengecup pelan pipinya.
Dia terkejut lalu tersenyum. Memegang kedua pipiku dengan kedua tangannya.
“Kabari aku kalo udah sampai”
Aku mengangguk, tersenyum.
“Jangan tinggalkan aku ya beb... meskipun kita harus terpisah oleh jarak”
“Janji, percaya akan ada keindahan”
Dia mengangguk mantap lalu mengacungkan dua jarinya tanda janji.
Akupun mengangguk, membalikan badan lalu pergi meninggalkannya.
***



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar